Google+ melakukan penghapusan sejumlah akun dengan nama palsu.
Sedangkan, kebijakan yang ada di Google+ terdapat tulisan, "Untuk melawan spam dan mencegah profil palsu." Karena itu pengguna Google+ harus menggunakan nama panggilan yang biasa disapa oleh keluarga, teman, teman kerja."Misalnya, jika nama resmi Anda adalah Charles Jones Jr tapi biasa disapa Chuck Jones or Junior Jones, nama itu bisa diterima," jelas kebijakan tertulis itu.
Salah satu korban kebijakan Google itu antara lain seorang tokoh yang dikenal di komunitas open-source hardware, Limor "Ladyada" Fried. Akun Ladyada 'ditahan' lebih dari sepekan. Walau nama Ladyada cukup dikenal, bahkan muncul sebagai cover story di majalah Wired, namun akun dengan nama Ladyada 'diamankan' Google.Mantan pegawai Google, Kirrily Robert, menggunakan nama "Skud" untuk menguji kebijakan Google tersebut. Namun, akun "Skud" pun ditahan."Saya berpikir akan menarik dan bermanfaat untuk memahami kalau sistem itu bekerja dengan baik, untuk menguji dari luar bagaimana ini bekerja," tulis Skud di blog pribadinya, seperti dikutip dari CNN. "Tujuan saya adalahm pertama untuk menggarisbawahi masalah kebijakan ini, dan kedua untuk menguji bagaimana proses ini bekerja. Sejauh ini bekerja dengan baik."Menyikapi ini, penulis teknologi Robert Scoble (pemilik akun dengan followers terbanyak nomor enam di Google+) mengaku akan menyampaikan keluhan mengenai kebijaka nama ini kepada Google. Scoble menyebut telah bertemu Senior Vice President Google untuk produk social networking, Vic Gundotra.
Ketika itu, Gundotra menjawab Google tak memiliki niat untuk hanya menerima nama legal, namun hanya berusaha menghapus akun yang jelas-jelas merupakan akun palsu dan meresahkan.
"Setelah mendengar penjelasan itu, sebagian besar memang untuk komunitas yang lebih ramah dan lebih personal. Saya merasa Google berada di jalur yang benar, walau mereka tidak bagus dan tidak pandai dalam menyampaikan aturan ini," tulis Scoble, seperti dikutip dari CNN. "Namun Vic meyakinkan saya untuk menunggu keputusan mereka tentang ini dalam beberapa minggu ke depan." dikutipdariVIVAnews
Salah satu korban kebijakan Google itu antara lain seorang tokoh yang dikenal di komunitas open-source hardware, Limor "Ladyada" Fried. Akun Ladyada 'ditahan' lebih dari sepekan. Walau nama Ladyada cukup dikenal, bahkan muncul sebagai cover story di majalah Wired, namun akun dengan nama Ladyada 'diamankan' Google.Mantan pegawai Google, Kirrily Robert, menggunakan nama "Skud" untuk menguji kebijakan Google tersebut. Namun, akun "Skud" pun ditahan."Saya berpikir akan menarik dan bermanfaat untuk memahami kalau sistem itu bekerja dengan baik, untuk menguji dari luar bagaimana ini bekerja," tulis Skud di blog pribadinya, seperti dikutip dari CNN. "Tujuan saya adalahm pertama untuk menggarisbawahi masalah kebijakan ini, dan kedua untuk menguji bagaimana proses ini bekerja. Sejauh ini bekerja dengan baik."Menyikapi ini, penulis teknologi Robert Scoble (pemilik akun dengan followers terbanyak nomor enam di Google+) mengaku akan menyampaikan keluhan mengenai kebijaka nama ini kepada Google. Scoble menyebut telah bertemu Senior Vice President Google untuk produk social networking, Vic Gundotra.
Ketika itu, Gundotra menjawab Google tak memiliki niat untuk hanya menerima nama legal, namun hanya berusaha menghapus akun yang jelas-jelas merupakan akun palsu dan meresahkan.
"Setelah mendengar penjelasan itu, sebagian besar memang untuk komunitas yang lebih ramah dan lebih personal. Saya merasa Google berada di jalur yang benar, walau mereka tidak bagus dan tidak pandai dalam menyampaikan aturan ini," tulis Scoble, seperti dikutip dari CNN. "Namun Vic meyakinkan saya untuk menunggu keputusan mereka tentang ini dalam beberapa minggu ke depan." dikutipdariVIVAnews
kawan...salam kenal
ReplyDelete